Yaa, yaa, sekarang gue lagi mau me-review film lama. Edar tahun 2005 namun baru gue tonton tadi malam di salah satu televisi swasta nasional. Dan harus gue akui agak menyesal karena hanya menonton film se-grand itu di televisi doang.
King Kong besutan sutradara Peter Jackson ini adalah remake film berjudul sama yang rilis tahun 1933. Ceritanya sekelompok petualang berekspedisi ke pulau antah berantah dimana mereka bertemu gorila raksasa yang disebut Kong.
Tergiur oleh embel2 ketenaran dan kekayaan salah seorang anggota ekspedisi berambisi membawa Kong ke kota, untuk dipertontonkan sebagai keajaiban dunia ke-8. Namun niat tersebut berujung petaka bagi warga New York, ketika Kong menyadari dia tercabut dari habitatnya, terikat, ditonton orang dan terpisah dari Ann Darrow –aktris cantik yang memesonanya sedari di hutan belantara.
Langsung aja dweh review-nya. Gue kek ngliat dongeng a la Disney seperti Putri Salju atau Swan Lake. Bedanya, pangeran di film ini tidak tampan, berkuda putih dan menghunus pedang panjang. Dia bahkan berwajah buruk, berbadan luar biasa besar dan tidak bisa bicara. Kesamaan Kong dan pangeran di cerita2 dongeng itu sama2 punya cinta yang tulus kepada sang putri. Halah!
Terus terang saja gue terharu waktu melihat sang “pangeran” babak belur membela sang putri dari hewan2 pra-sejarah di pelosok hutan belantara. Terharu lagi pada adegan sang putri membela “sang pangeran” di puncak Empire State Building. Hampir nangis gue waktu melihat “odd couple” ini bercengkrama sambil menatap matahari terbenam. “Beautiful.”
Sayang, dongengnya berakhir tragis. Kalau kata Jack Black, yang berperan sebagai si antagonis Carl Denham, “sang pangeran” yang perkasa itu takluk oleh kecantikan. Hehehe kok jadi melankolis gini, ya. Gara2 Kong, neh :p
Bagi pecinta action atau drama romantis, yang belum sempat nonton film ini, coba dweh dicari DVD-nya. Selamat menonton 🙂